Please Bantu Saya, Like This !!!

×

Powered By Blogger Widget and Get This Widget

Sabtu, 06 Desember 2014

Kesetiaan Itu Hak Asasi



Mengarungi samudra kehidupan tak akan lengkap jika tanpa cinta. Cinta ibarat energi yang mengaliri seluruh sendi kehidupan umat manusia. Oleh Karena cinta hingga taj mahal kokoh berdiri dan karena cinta pula hingga qais menjadi majnun.

Tetapi jika kita menggali lebih dalam makna cinta, hingga mendapatkan akar-akarnya kokoh yang membuat pohon cinta berdiri tangguh menantang dunia, kita akan menemukan sebuah pondasi dimana cinta dapat bersemi, itulah ia, yang banyak dinamai orang dengan sebutan ‘kesetiaan’.

Yah, tanpa kesetiaan cinta akan bertepuk sebelah tangan, tanpa kesetiaan cinta bagaikan sayap indah  namum patah, tanpa kesetiaan Juliet tidak akan sudi meminum racun untuk mengakhiri hidupnya demi romeo.
Setia adalah pengikat cinta hingga cinta menjadi abadi, hingga cinta dapat melintasi samudra, melintasi dunia, dengan segala dimensinya. Setia adalah nilai yang sangat bermakna bagi sang pecinta. Tanpanya cinta hanya menjadi barang obral yang tak laku disudut hati manapun.

Tetapi setia itu mahal, banyak kisah cinta, dari jaman dahulu hingga sekarang akibat hilangnya setia maka cinta pun kandas dengan berbagai tragedi. Maka mafhum jika orang berkata ‘kesetiaan lebih susah diraih daripada cinta sejati sendiri’.

Jika seseorang telah mencinta, maka selalu saja ia juga menuntut kesetiaan kepada yang dicintainya. Karena jika cinta itu telah membuncah dan tanpa kesetiaan disisinya maka bersiap-siaplah kisah cinta itu akan berakhir hingga membuat hati merintih.
Dan banyak pula orang tak menyadari, jika cinta itu bukan milik sang pencinta semata tetapi juga milik yang di cinta. Oleh karena ketelodoran itu, banyak sang pecinta harus jatuh menanggung hati yang pecah berkeping-keping karena di putuskan.
Tak ada ruang untuk menuntut, mengganti kesetiaan yang telah digadaikan demi sebongkah kesetiaan dari yang di cinta. Karena, kesetiaanatau setia itu hak asasi. Setia adalah barang atau hak milik pribadi, dan masing-masing pribadi memilikinya. 

Tak ada jaminan dimanapun pelaku cinta untuk setia, selain hanya sebatas beberapa baris kata sebagai pengikat janji. Janji untuk setia. Tetapi apakah janji akan menjamin kesetiaan. Mustahil. 

Olehnya itu, jika memang setia itu hak asasi. Jangan mudah pula memberi cinta kepada setiap orang yang berkata cinta padamu karena boleh jadi cintanya itu hampa tanpa kesetiaan.

Kamis, 30 Oktober 2014

Janji Bertemu di Surga




Al Hazmi bercerita bahwa di kota kuffah, terdapat seorang pemuda tampan dan rajin beribadah. Suatu saat mampir dan berkunjung ke kampung bani an nakha. Pada saat itulah ia melihat seorang wanita cantik di kampung itu. Ia pun jatuh cinta.

Ternyata wanita cantik ini pun memiliki perasaan yang sama, ia pun memiliki perasaan cinta kepada pemuda itu. Karena perasaan cintanya itu, akhirnya sang pemuda mengutus seseorang untuk melamarnya. Tetapi ayah wanita itu mengatakan bahwa putrinya telah di jodohkan dengan laik-laki dari sepupunya.

Walaupun demikian, keduanya tetap saling mencintai. Akhirnya sang wanita mengirim pesan pada pemuda itu, bunyinya, “aku telah tahu betapa besar cintamu padaku, dan betapa besar aku di uji denganmu. Bila kamu setuju, aku akan datang mengunjungimu atau aku akan memberimu jalan bagimu untuk datang menemuiku diruang rumahku”.

Pesan itu di jawab pemuda tadi melalui seorang utusan kerumahnya, “aku tidak setuju dengan dua tawaranmu itu. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil dan tidak pernah padam kobarannya yaitu api neraka”.

Ketika pesan tadi di sampaikan pada sang wanita, dia berkata, “dalam keadaan demikian, ternyata ia masih takut kepada Allah ? demi Allah tiada seseorang lebih berhak untuk bertakwa kepda allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.

Kemudian ia meninggalkan segala urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mengisi hidupnya hanya dengan beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, ia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu kepada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus menahan cinta dan rindu itu, sampai akhirnya ia meninggakan dunia.

Sang pemuda sedih dengan meninggalnya kekasihnya itu. Ia pun sering berkunjung ke kuburnya. Pada suatu malam ia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan sangat baik. Dalam mimpi ia sempat berkata, “bagaimanakah keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan sesudah meninggal ?”

Sang wanita menjawab, “sebaik-baik cinta adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat menggiring menuju kebaikan”. Pemuda itu bertanya, “jika demikian kemanakah engaku menuju?”

Wanita itu menjawab,”aku sekarang pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di surga, kekekalan dapat kumiliki dan tidak pernah rusak”.

Pemuda itu berkata,”aku harap kau selalu ingat padaku disana, sebab aku disini juga tidak melupakanmu”.
Wanita itu menjawab,”demi Allah aku juga tidak akan melupakanmu. Dan aku meminta kepada Allah agar kita nanti bisa di kumpulkan. Maka bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu beribadah”.
Sang pemuda bertanya,”kapan aku bisa melihatmu?”

Wanita itu menjawab,”tak lama lagi kau akan datang melihat aku”.
Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, sang pemuda di panggil oleh Allah menuju kehadirat-Nya.




*kisah disadur dari buku Bukan Sekedar Cerita –MB Tamam

Kamis, 11 September 2014

Jika Cinta Telah Pudar




Cinta lahir selalu bersama keindahan. Tanpa keindahan cinta tak akan bermakna. Karena keindahan jiwa memberikan pengakuan,  peleburan dan penyatuan. Itulah cinta. Pengakuan dan peleburan akan keindahan sesuatu wujud.  wujud materi maupun non materi.

Keindahan ada dua, material dan non material. Keindahan material seperti kecantikan, ketampanan, harta dan kekuasaan. sedangkan keindahan non material seperti, Tuhan, ilmu, spritualitas dan kepribadian luhur. 

Seseorang yang totalitas cintanya di persembahkan pada keindahan material maka pada suatu saat cinta tersebut akan terasa hambar dan pudar. Material memiliki ukuran ruang dan waktu. yang bercirikan batas-batas kesempurnaan. Luluh oleh hukum natural yang mekanis. Olehnya itu cinta pada keindahan material adalah terbatas pula oleh ruang dan waktu. suatu saat kecantikan akan berubah keriput. Harta akan termakan oleh zaman. Kekuasaan akan berakhir seiring dengan uzurnya jasad. Mati, cinta pun akan hancur dan usang. 

Maka jiwa-jiwa yang seluruh hasratnya memuja keindahan material. Suatu saat dan pasti akan kecewa, merana dan berakhir. Seorang lelaki yang mencintai wanita karena kemulusan kulit, hitamnya rambut, atau kemolekan tubuh dan kecantikan paras. Yakinlah, bahwa mulus akan berganti  keriput, rambut akan memutih oleh uban, paras akan menua dan jasad akan membungkuk.

Pada saat-saat seperti inilah, jiwa tak akan lagi mencinta seperti dahulu. Jiwa akan bosan dan merana. Tidak jarang jiwa-jiwa ini akan mencari ganti. Disitulah selingkuh biasa terjadi. Rumah tangga menjadi goyah. Dan perlahan hancur berkeping-keping.

Lain halnya ketika totalitas cinta di tujukan pada keindahan non material. Yang tentu tak terbatas oleh anasir-anasir ruang dan waktu. apakah itu keriput, usia, dan lain-lain. Sehingga cinta akan tetap mendapatkan gairahnya. Karena semakin dalam diselami, seperti cinta pada Tuhan, Ilmu, keluhuran budi, maka gairah cinta pun semakin membara. Semakin haus dan haus lagi. Tak akan ada batas waktu dimana kebosanan dan kejenuan datang menghampiri. Karena memang tak terbatas dalamnya. Tak terukur tingginya. Tak terkira manisnya.



Yang menjadi soal adalah kadang cinta itu, walaupun pada non materi, mengalami pasang surut. Senantiasa berfluktuasi. Hal seperti ini dipengaruhi oleh banyak faktor, bisa lingkungan atau pergaulan, pola hidup, apalagi sekarang trend konsumerisme. Lewat iklan kita dicekcoki dengan berbagai produk material. Perlahan-lahan mereduksi kecendrungan pada cinta non materi. Butuh jiwa yang cerdas, iman dan prinsip kuat untuk dapat selalu menjaga kualitas cinta kita.

Jika pasang surut kualitas cinta terjadi pada jiwa kita. Maka kita harus senantiasa memohon Rakhmat Cinta dari sang Maha Cinta yang memiliki rakhmat cinta tak terbatas dan tak terhingga. Dialah Tuhan sekalian Alam. Karena Rakhmat cinta-Nya hingga bumi tetap setia pada porosnya mengelilingi matahari tanpa lelah. Karena manifestafi cinta-Nya hingga manusia menjadi Khalifah-Nya. Karena cinta-Nya pula segala makhluk dan ciptaan ini ada. 

Bersimpulah pada-Nya dengan segenap cinta yang engkau miliki untuk memohon hujan cinta dari kemurahan-Nya. Teteskanlah air mata kesedihan ketika menghadap sang pemilik cinta sejati demi mengharapkan tetes air mata kebahagiaan. 

Yaa Allah sang maha pemilik cinta sejati

Limpahkan Rakhmat cinta-Mu kepada aku dan dia

Dalam diam, dalam gerak ku 

Dalam sedih, dalam duka ku

Dalam duduk, dalam laku ku

Yaa Allah asal cinta segala cinta

Jadikanlah dia, dengan cinta-Mu, sebagai sayap ku untuk terbang menghadap-Mu

Jadikanlah aku tangganya untuk menapaki jejak suci Cinta-Mu

Yaa Allah yaa Tuhanku. 

Cintaku adalah Cinta-Mu, teteskanlah Cinta-Mu pada jiwaku yang kering

Karena hanya dengan cinta-Mu aku dapat menggapai-Mu.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Cinta Rasional dan Cinta Empiris




Dewasa ini, seiring menguatnya arus materialisasi kehidupan di segala aspek, telah menjadikan manusia menjadi sangat menghargai dan mengedepankan sisi lahiriah dan meninggalkan sisi rohani yang lebih utama.
Begitu pula halnya dalam urusan cinta. Cinta kini telah terukur oleh bingkai materialisme yang sangat terbatas oleh ruang dan waktu. cinta hanya sebatas nilai lahiriah semata. bukan lagi cinta, yang bukan saja menyejukan mata tapi juga menyejukan jiwa.

Cinta dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu cinta empiris dan cinta rasional. Cinta empiris adalah cinta yang hadir akibat pengaruh-pengaruh keindahan yang berupa keindahan fisik semata. contoh cinta manusia kepada harta atau cinta seseorang kepada seorang wanita atau lelaki yang hanya memandang sisi fisik semata. seperti tampan, cantik, putih, tinggi dan lain-lain.

Sedangkan cinta rasional adalah cinta yang memandang indah pada kecerdasan, kejujuran, kebaikan kepribadian yang luhur, kesalehan, yang tak terikat oleh ukuran-ukuran material. Olehnya itu, karena tak terikat dengan faktor-faktor material, maka tak memiliki batas ruang dan waktu. 

Seseorang yang cenderung kepada cinta empiris maka pasti akan cepat ditemui oleh kebosanan. Salah satu hukum material adalah terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga mencintai hal-hal yang lebih material maka suatu saat keindahanya bisa berkurang atau rusak. Contoh kecantikan pasti akan termakan pula oleh usia hingga menjadi keriput adanya. Jika sudah keriput maka cinta pun akan berkurang. Dan perlahan-lahan menghilang.


Lain halnya dengan cinta rasional. Ia bersifat non material yang tak termakan oleh hukum-hukum material. Kecerdasaan, kesalehan, kejujuran, kebaikan tak akan pernah keriput atau menua. Kepribadian yang luhur akan menjadi lebih muncul ketika usia tambah menua. Sehingga apabila totalitas cinta kita letakan pada cinta rasional maka kita tak akan pernah bosan malah cinta kita semakin tumbuh dan berarti.