Kita sering mendengar khususnya
dari para agamawan, kejadian atau pembahasan mengenai peristiwa yang berkaitan
dengan mukjizat. Dalam setiap kitab suci khususnya agama samawi, selalu terselip
kisah tentang mukjizat yang menjadi penekanan pada bukti ketuhanan sang pemilik
kitab. Mukjizat juga banyak di gunakan sebagai bukti kebenaran sebuah ajaran,
agama atau nabi yang membawa risalahNya.
Kisah tongkat yang dapat membelah
lautan luas dalam sekejap, menghidupkan orang mati, tidur selama tiga abad
lebih, adalah sekelumit dari kisah-kisah yang menceritakan keajaiban mukjizat
dalam sejarah peradaban manusia.
Dalam pembahasan ini kita tidak
akan berusaha untuk membuktikan mukjizat secara ilmiah, dalam arti bukti
matematis, kimiawi, fisika dari berbagai kejadian peristiwa mukjizat. Tetapi kita
dapat menambal kekurangan itu, yang mudah-mudahan kedepan dapat dilakukan,
dengan berusaha untuk meberikan sedikit gambaran utuh, serta dalil-dalil
rasional (burhani) dari konsep atau peristiwa mukjizat. Paling tidak memberikan
argument bahwa mukjizat bukanlah sesuatu yang mustahil untuk terjadi dialam
natural ini.
Mukjizat secara etimologi adalah
serapan dari bahasa arab mu’jizah,
asal kata I’jah,derivate dari kata a-ja-za yang artinya ketidak sanggupan,
kelemahan, akhir segala sesuatu (Ibnu Faris, Maqayis Al Lughoh). Secara istilah
mukjizat adalah tindakan dasyat dan gejala diluar kelaziman, sekalipun
bertentangan dengan hokum kebiasaan natural, dilakukan para utusan Allah untuk
membuktikan kebiasaan klaim kenabian dan risalah ilahi (Muhammad Baqiri saidi
Rousyan, 2012).
Singkatnya mukjizat adalah peristiwa
luar biasa di alam materi. Namun sekalipun dikategorisasikan sebagai peristiwa
luar biasa ada perbedaan mendasar dan menjadi ciri-ciri khusus antara,
peristiwa luar biasa mukjizat dan yang bukan mukjizat seperti, sihir, magic,
pemanggilan arwah dan sejenisnya. Perbedaanya adalah sebagai berikut (Saidi
Rusyan, 2012) :
1. Tujuan
Tujuan mukjizat
tidak lain dalam rangka memberi petunjuk dan membimbing manusia kearah tuhan
yang maha kuasa, sedangkan perdukunan, sihir, magic adalah tindakan luar biasa
untuk kepentingan temporal duniawi.
2. Skala
Jangkauan
Skala jangkauan
mukjizat lebih luas tidak menggunakan alat, angka, dan tidak dapat diajarkan
kepada siapapun, dan tidak dapat diperoleh dengan jalan apapun, baik melalui
pendidikan atau riyadhah oleh para sufi. Berkebalikan dengan tindakan luar
biasa seperti sihir, magic dan sejenisnya dapat diperoleh melalui pembelajaran
dan pertapaan.
3. Bersandar
pada supranatural (adikodrati)
Dalam hal ini,
mukjizat tidak tertandingi dan tidak terbatas berbeda dengan tindakan luar
biasa lainya, berlaku pepatah diatas langit ada langit.
4. Perilaku
hidup pelaku
Pelaku mukjizat
adalah khusus para nabi utusan tuhan, bernaluri bersih, latar belakan
cemerlang, suci, dan unggul sevara
moral. Berbeda dengan pelaku tindakan luar biasa lainya kadang memiliki sederet
perilaku aneh dan buruk.
5. Instrumen
dan sarana
Mukjizat dilakukan
oleh para nabi untuk kepentingan luhur dan mulia, untuk menampakan ketinggian
dan kemulian insani manusia, tidak ada dokumen dan fakta sejarah bahwa para
nabi adalah para penipu, sebagaimana banyak kisah dukun cabul, penipu dan sifat
buruk lainya. Demikian perbedaan antara tindakan atau peristiwa luar biasa
mukjizat dan bukan.
Dewasa ini banyak yang meragukan
kevalidan peristiwa atau tindakan-tindakan yang mengandung mukjizat yang
diperagakan oleh para nabi Allah. Utamanya pandangan negative itu keluar dari
mulut kaum empirical yang menyangkal peristiwa-peristiwa non empirical seperti
mukjizat.
Pertanyaan awal yang mesti
dijawab adalah, apakah manusia dapat memiliki kemampuan, untuk melakukan
tindakan luar biasa yang keluar dan bertentangan dengan hukum-hukum material
alam semesta. Jawabannya tentu saja ya. Karena telah banyak kita menyaksikan,
kemampuan telepati, magic, pemanggilan arwah atau peristiwa luar biasa lainya. Artinya
potensi manusia, dapat memungkinkan melakukan tindakan-tindakan luar biasa
tergantung sejauh mana tingkatannya. Olehnya itu manusia atau para nabi dapat
melakukan mukjizat dengan asumsi positif
bahwa kemampuan mereka lebih tinggi dari hanya sebatas ahli magic,
telepati dan pemanggil arwah.
Beberapa ahli dan ilmuwan barat
pun telah melakukan penelitian ilmiah tentang kesanggupan manusia dalam
melakukan tindakan luar biasa atau melanggar hokum alam materi. Seperti Champollion,
seorang pakar dari Perancis, pada tahun 1820 mampu berhubungan dengan ruh yang
telah mati setelah meneliti teks-teks kuno mesir bersama Max Muller yang
membantu menerjemahkan bahasa sansekerta. Leon Dannymengahdirkan arwah dan
mampu berdialog langsung di Amerika pada tahun 1848, bahkan pada tahun 1852
kongres Washington mengumumkan penemuan tersebut. Rektor Universitas Birmingham
mampu berkomunikasi dengan mendiang putranya, Raymond yang gugur dalam perang. Karena
peristiwa tersebut, melahirkan karya Raymond,
or Life and death. Tentu kisah-kisah lain masih banyak, namun cukup kiranya
contoh-contoh diatas.
Sebagai penutup mukjizat secara
ilmiah tidaklah mustahil, dan sangat memungkinkan untuk terjadi . beberapa
kisah Mukjizat seperti tenggelamnya pasukan Firaun dilaut merah akibat
terbelahnya laut merah oleh tongkat nabi Musa mulai diteliti dan Seorang
Arkeolog bernama Ron Wyat pada tahun 1988 berhasil menemukan roda kereta tempur
kuno di dasar laut merah, yang diduga kuat milik pasukan Firaun.
(Gambar roda yang diduga kuat milik balatentara Firaun, Sumber : http://www.cherubimsonline.com)
Namun ada hal penting yang belum
dijelaskan disini yaitu konsep Karamah, bagaimana perbedaan karamah dengan
mukjizat, adakah yang namanya karamah ?. Inshaa Allah akan di jelaskan pada
tulisan-tulisan mendatang.
Referensi :
-
Muhammad Baqiri saidi Rousyan, Menguak Tabir
Mukjizat, sadra press, Jakarta 2012