Cinta lahir
selalu bersama keindahan. Tanpa keindahan cinta tak akan bermakna. Karena
keindahan jiwa memberikan pengakuan,
peleburan dan penyatuan. Itulah cinta. Pengakuan dan peleburan akan
keindahan sesuatu wujud. wujud materi
maupun non materi.
Keindahan
ada dua, material dan non material. Keindahan material seperti kecantikan,
ketampanan, harta dan kekuasaan. sedangkan keindahan non material seperti,
Tuhan, ilmu, spritualitas dan kepribadian luhur.
Seseorang
yang totalitas cintanya di persembahkan pada keindahan material maka pada suatu
saat cinta tersebut akan terasa hambar dan pudar. Material memiliki ukuran
ruang dan waktu. yang bercirikan batas-batas kesempurnaan. Luluh oleh hukum
natural yang mekanis. Olehnya itu cinta pada keindahan material adalah terbatas
pula oleh ruang dan waktu. suatu saat kecantikan akan berubah keriput. Harta
akan termakan oleh zaman. Kekuasaan akan berakhir seiring dengan uzurnya jasad.
Mati, cinta pun akan hancur dan usang.
Maka jiwa-jiwa
yang seluruh hasratnya memuja keindahan material. Suatu saat dan pasti akan
kecewa, merana dan berakhir. Seorang lelaki yang mencintai wanita karena
kemulusan kulit, hitamnya rambut, atau kemolekan tubuh dan kecantikan paras.
Yakinlah, bahwa mulus akan berganti
keriput, rambut akan memutih oleh uban, paras akan menua dan jasad akan
membungkuk.
Pada
saat-saat seperti inilah, jiwa tak akan lagi mencinta seperti dahulu. Jiwa akan
bosan dan merana. Tidak jarang jiwa-jiwa ini akan mencari ganti. Disitulah
selingkuh biasa terjadi. Rumah tangga menjadi goyah. Dan perlahan hancur
berkeping-keping.
Lain halnya ketika
totalitas cinta di tujukan pada keindahan non material. Yang tentu tak terbatas
oleh anasir-anasir ruang dan waktu. apakah itu keriput, usia, dan lain-lain.
Sehingga cinta akan tetap mendapatkan gairahnya. Karena semakin dalam diselami,
seperti cinta pada Tuhan, Ilmu, keluhuran budi, maka gairah cinta pun semakin
membara. Semakin haus dan haus lagi. Tak akan ada batas waktu dimana kebosanan
dan kejenuan datang menghampiri. Karena memang tak terbatas dalamnya. Tak
terukur tingginya. Tak terkira manisnya.
Yang menjadi
soal adalah kadang cinta itu, walaupun pada non materi, mengalami pasang surut.
Senantiasa berfluktuasi. Hal seperti ini dipengaruhi oleh banyak faktor, bisa
lingkungan atau pergaulan, pola hidup, apalagi sekarang trend konsumerisme.
Lewat iklan kita dicekcoki dengan berbagai produk material. Perlahan-lahan
mereduksi kecendrungan pada cinta non materi. Butuh jiwa yang cerdas, iman dan
prinsip kuat untuk dapat selalu menjaga kualitas cinta kita.
Jika pasang
surut kualitas cinta terjadi pada jiwa kita. Maka kita harus senantiasa memohon
Rakhmat Cinta dari sang Maha Cinta yang memiliki rakhmat cinta tak terbatas dan
tak terhingga. Dialah Tuhan sekalian Alam. Karena Rakhmat cinta-Nya hingga bumi
tetap setia pada porosnya mengelilingi matahari tanpa lelah. Karena manifestafi
cinta-Nya hingga manusia menjadi Khalifah-Nya. Karena cinta-Nya pula segala
makhluk dan ciptaan ini ada.
Bersimpulah
pada-Nya dengan segenap cinta yang engkau miliki untuk memohon hujan cinta dari
kemurahan-Nya. Teteskanlah air mata kesedihan ketika menghadap sang pemilik
cinta sejati demi mengharapkan tetes air mata kebahagiaan.
Yaa Allah sang maha pemilik cinta
sejati
Limpahkan Rakhmat cinta-Mu kepada
aku dan dia
Dalam diam, dalam gerak ku
Dalam sedih, dalam duka ku
Dalam duduk, dalam laku ku
Yaa Allah asal cinta segala cinta
Jadikanlah dia, dengan cinta-Mu,
sebagai sayap ku untuk terbang menghadap-Mu
Jadikanlah aku tangganya untuk
menapaki jejak suci Cinta-Mu
Yaa Allah yaa Tuhanku.
Cintaku adalah Cinta-Mu,
teteskanlah Cinta-Mu pada jiwaku yang kering