Al Hazmi bercerita
bahwa di kota kuffah, terdapat seorang pemuda tampan dan rajin beribadah. Suatu
saat mampir dan berkunjung ke kampung bani an nakha. Pada saat itulah ia
melihat seorang wanita cantik di kampung itu. Ia pun jatuh cinta.
Ternyata wanita
cantik ini pun memiliki perasaan yang sama, ia pun memiliki perasaan cinta
kepada pemuda itu. Karena perasaan cintanya itu, akhirnya sang pemuda mengutus
seseorang untuk melamarnya. Tetapi ayah wanita itu mengatakan bahwa putrinya telah
di jodohkan dengan laik-laki dari sepupunya.
Walaupun demikian,
keduanya tetap saling mencintai. Akhirnya sang wanita mengirim pesan pada
pemuda itu, bunyinya, “aku telah tahu betapa besar cintamu padaku, dan betapa
besar aku di uji denganmu. Bila kamu setuju, aku akan datang mengunjungimu atau
aku akan memberimu jalan bagimu untuk datang menemuiku diruang rumahku”.
Pesan itu di jawab
pemuda tadi melalui seorang utusan kerumahnya, “aku tidak setuju dengan dua
tawaranmu itu. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil dan tidak pernah
padam kobarannya yaitu api neraka”.
Ketika pesan tadi
di sampaikan pada sang wanita, dia berkata, “dalam keadaan demikian, ternyata
ia masih takut kepada Allah ? demi Allah tiada seseorang lebih berhak untuk
bertakwa kepda allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.
Kemudian ia
meninggalkan segala urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya
serta mengisi hidupnya hanya dengan beribadah mendekatkan diri kepada Allah.
Akan tetapi, ia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu kepada sang pemuda.
Tubuhnya mulai kurus menahan cinta dan rindu itu, sampai akhirnya ia
meninggakan dunia.
Sang pemuda sedih
dengan meninggalnya kekasihnya itu. Ia pun sering berkunjung ke kuburnya. Pada
suatu malam ia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan sangat
baik. Dalam mimpi ia sempat berkata, “bagaimanakah keadaanmu? Dan apa yang kau
dapatkan sesudah meninggal ?”
Sang wanita
menjawab, “sebaik-baik cinta adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat menggiring
menuju kebaikan”. Pemuda itu bertanya, “jika demikian kemanakah engaku menuju?”
Wanita itu
menjawab,”aku sekarang pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di
surga, kekekalan dapat kumiliki dan tidak pernah rusak”.
Pemuda itu
berkata,”aku harap kau selalu ingat padaku disana, sebab aku disini juga tidak
melupakanmu”.
Wanita itu
menjawab,”demi Allah aku juga tidak akan melupakanmu. Dan aku meminta kepada
Allah agar kita nanti bisa di kumpulkan. Maka bantulah aku dalam hal ini dengan
kesungguhanmu beribadah”.
Sang pemuda
bertanya,”kapan aku bisa melihatmu?”
Wanita itu
menjawab,”tak lama lagi kau akan datang melihat aku”.
Tujuh hari setelah
mimpi itu berlalu, sang pemuda di panggil oleh Allah menuju kehadirat-Nya.
*kisah disadur dari
buku Bukan Sekedar Cerita –MB Tamam