Please Bantu Saya, Like This !!!

×

Powered By Blogger Widget and Get This Widget

Kamis, 31 Juli 2014

Mukjizat




Kita sering mendengar khususnya dari para agamawan, kejadian atau pembahasan mengenai peristiwa yang berkaitan dengan mukjizat. Dalam setiap kitab suci khususnya agama samawi, selalu terselip kisah tentang mukjizat yang menjadi penekanan pada bukti ketuhanan sang pemilik kitab. Mukjizat juga banyak di gunakan sebagai bukti kebenaran sebuah ajaran, agama atau nabi yang membawa risalahNya.

Kisah tongkat yang dapat membelah lautan luas dalam sekejap, menghidupkan orang mati, tidur selama tiga abad lebih, adalah sekelumit dari kisah-kisah yang menceritakan keajaiban mukjizat dalam sejarah peradaban manusia.

Dalam pembahasan ini kita tidak akan berusaha untuk membuktikan mukjizat secara ilmiah, dalam arti bukti matematis, kimiawi, fisika dari berbagai kejadian peristiwa mukjizat. Tetapi kita dapat menambal kekurangan itu, yang mudah-mudahan kedepan dapat dilakukan, dengan berusaha untuk meberikan sedikit gambaran utuh, serta dalil-dalil rasional (burhani) dari konsep atau peristiwa mukjizat. Paling tidak memberikan argument bahwa mukjizat bukanlah sesuatu yang mustahil untuk terjadi dialam natural ini.

Mukjizat secara etimologi adalah serapan dari bahasa arab mu’jizah, asal kata I’jah,derivate dari kata a-ja-za yang artinya ketidak sanggupan, kelemahan, akhir segala sesuatu (Ibnu Faris, Maqayis Al Lughoh). Secara istilah mukjizat adalah tindakan dasyat dan gejala diluar kelaziman, sekalipun bertentangan dengan hokum kebiasaan natural, dilakukan para utusan Allah untuk membuktikan kebiasaan klaim kenabian dan risalah ilahi (Muhammad Baqiri saidi Rousyan, 2012).

Singkatnya mukjizat adalah peristiwa luar biasa di alam materi. Namun sekalipun dikategorisasikan sebagai peristiwa luar biasa ada perbedaan mendasar dan menjadi ciri-ciri khusus antara, peristiwa luar biasa mukjizat dan yang bukan mukjizat seperti, sihir, magic, pemanggilan arwah dan sejenisnya. Perbedaanya adalah sebagai berikut (Saidi Rusyan, 2012) :

1.     Tujuan
Tujuan mukjizat tidak lain dalam rangka memberi petunjuk dan membimbing manusia kearah tuhan yang maha kuasa, sedangkan perdukunan, sihir, magic adalah tindakan luar biasa untuk kepentingan temporal duniawi.
2.     Skala Jangkauan
Skala jangkauan mukjizat lebih luas tidak menggunakan alat, angka, dan tidak dapat diajarkan kepada siapapun, dan tidak dapat diperoleh dengan jalan apapun, baik melalui pendidikan atau riyadhah oleh para sufi. Berkebalikan dengan tindakan luar biasa seperti sihir, magic dan sejenisnya dapat diperoleh melalui pembelajaran dan pertapaan.
3.     Bersandar pada supranatural (adikodrati)
Dalam hal ini, mukjizat tidak tertandingi dan tidak terbatas berbeda dengan tindakan luar biasa lainya, berlaku pepatah diatas langit ada langit.
4.      Perilaku hidup pelaku
Pelaku mukjizat adalah khusus para nabi utusan tuhan, bernaluri bersih, latar belakan cemerlang,  suci, dan unggul sevara moral. Berbeda dengan pelaku tindakan luar biasa lainya kadang memiliki sederet perilaku aneh dan buruk.
5.     Instrumen dan sarana
Mukjizat dilakukan oleh para nabi untuk kepentingan luhur dan mulia, untuk menampakan ketinggian dan kemulian insani manusia, tidak ada dokumen dan fakta sejarah bahwa para nabi adalah para penipu, sebagaimana banyak kisah dukun cabul, penipu dan sifat buruk lainya. Demikian perbedaan antara tindakan atau peristiwa luar biasa mukjizat dan bukan.

Dewasa ini banyak yang meragukan kevalidan peristiwa atau tindakan-tindakan yang mengandung mukjizat yang diperagakan oleh para nabi Allah. Utamanya pandangan negative itu keluar dari mulut kaum empirical yang menyangkal peristiwa-peristiwa non empirical seperti mukjizat.

Pertanyaan awal yang mesti dijawab adalah, apakah manusia dapat memiliki kemampuan, untuk melakukan tindakan luar biasa yang keluar dan bertentangan dengan hukum-hukum material alam semesta. Jawabannya tentu saja ya. Karena telah banyak kita menyaksikan, kemampuan telepati, magic, pemanggilan arwah atau peristiwa luar biasa lainya. Artinya potensi manusia, dapat memungkinkan melakukan tindakan-tindakan luar biasa tergantung sejauh mana tingkatannya. Olehnya itu manusia atau para nabi dapat melakukan mukjizat dengan asumsi positif  bahwa kemampuan mereka lebih tinggi dari hanya sebatas ahli magic, telepati dan pemanggil arwah. 

Beberapa ahli dan ilmuwan barat pun telah melakukan penelitian ilmiah tentang kesanggupan manusia dalam melakukan tindakan luar biasa atau melanggar hokum alam materi. Seperti Champollion, seorang pakar dari Perancis, pada tahun 1820 mampu berhubungan dengan ruh yang telah mati setelah meneliti teks-teks kuno mesir bersama Max Muller yang membantu menerjemahkan bahasa sansekerta. Leon Dannymengahdirkan arwah dan mampu berdialog langsung di Amerika pada tahun 1848, bahkan pada tahun 1852 kongres Washington mengumumkan penemuan tersebut. Rektor Universitas Birmingham mampu berkomunikasi dengan mendiang putranya, Raymond yang gugur dalam perang. Karena peristiwa tersebut, melahirkan karya Raymond, or Life and death. Tentu kisah-kisah lain masih banyak, namun cukup kiranya contoh-contoh diatas. 

Sebagai penutup mukjizat secara ilmiah tidaklah mustahil, dan sangat memungkinkan untuk terjadi . beberapa kisah Mukjizat seperti tenggelamnya pasukan Firaun dilaut merah akibat terbelahnya laut merah oleh tongkat nabi Musa mulai diteliti dan Seorang Arkeolog bernama Ron Wyat pada tahun 1988 berhasil menemukan roda kereta tempur kuno di dasar laut merah, yang diduga kuat milik pasukan Firaun.

(Gambar roda yang diduga kuat milik balatentara Firaun, Sumber : http://www.cherubimsonline.com)
 
Namun ada hal penting yang belum dijelaskan disini yaitu konsep Karamah, bagaimana perbedaan karamah dengan mukjizat, adakah yang namanya karamah ?. Inshaa Allah akan di jelaskan pada tulisan-tulisan mendatang.



Referensi :
-          Muhammad Baqiri saidi Rousyan, Menguak Tabir Mukjizat, sadra press, Jakarta 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar