Manusia primitif dahulu,
ketika melihat gunung meletus, geombang besar yang menggulung apa saja yang
dilewatinya, gempa bumi yang meruntuhkan bangunan-bangunan mereka, maka
pahamlah mereka akan adanya suatu kekuatan besar yang mengendalikan itu semua,
dan disebutlah sesuatu yang memiliki kekuatan besar itu sebagai dewa. Dewa
bumi, dewa langint, dewa petir, dewa laut dan macam-macam nama dewa lainya.
Sementara di daerah yang
tandus dan kering dimana hanya ada padang pasir luas dan kering, tak ada gunung
meletus, tak ada ombak, gempa bumi sekalipun, maka yang lahir adalah konsep
ketuhanan yang satu (monoteisme), itulah Allah dalam sebutanya kemudian.
Tuhan, dewa, allah yahweh
adalah produk khayali manusia, pengetahuan tambahan manusia yang bersifat
diada-adakan.
Pembahasan diatas yang lebih
mengalir dan apik lagi dapat anda baca dalam novel legendaris berjudul ATHEIS
karya Ahdijat Karta Miharjda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar