Agama
itu Rokok, mungkinkah seperti itu ?, bisa jadi. Rokok bagi sebagian orang
adalah sarana untuk menghilangkan stress atau masalah. Paling tidak untuk
beberapa detik. Bagi perokok berat, jika kebutuhan merokok tidak terlaksana
sungguh sangat menggelisahkan, bagai cacing kepanasan. Padahal pada bungkus
atau setiap iklan rokok selalu terpampang peringatan jika merokok menyebabkan
kangker dan penyakit ganas lainya. Tetapi iklan yang seperti itu tak juga
mengurangi jumlah perokok justru menjadi tantangan tersendiri bagi perokok
untuk menikmati batang demi batang rokoknya..
Kembali
kepada persoalan agama. Yang pada tulisan ini disamakan dengan rokok. Memangnya
rokok juga adalah tuhan ? yang pasti itu tidak mungkin alias mustahil. Lalu
dimana korelasinya ?
Karl
Marx menyebutkan bahwa agama adalah candu masyarakat. Ibarat candu, agama hanya
membius masyarakat untuk waktu yang sementara dengan kenikmatan yang temporer
dan menghilangkan kesadaran sesungguhnya sebagai seorang manusia.
Menurut
Marx agama adalah candu yang mengaburkan kesadaran kelas dari masyarakat bahwa
masyarakat yang seharusnya memperjuangkan hak-hak kelasnya sebagai kaum
tertindas atau kaum proletar malah oleh agama di ajarkan agar masyarakat
menerima ketertindasan itu sebagai takdir yang telah di tentukan oleh tuhan
yang menguasai setiap helaan nafas manusia. Manusia harus bersyukur walaupun
penderitaan selalu menemani perjalanan hidupnya. Jika berani menentang takdir
berarti pula sama saja dengan menentang tuhan dan konskwensinya adalah dosa dan
tempatnya adalah neraka.
Marx
menilai bahwa agama adalah rekayasa yang di buat oleh para borjuasi (kaun
penindas) untuk meninabobokan masyarakat proletar sehingga bisa di eksploitasi sekehendak
hati oleh para borjuasi.
Para
kaum borjuis melahirkan banyak konsep keagamaan, seni, ideology dengan berbagai
bentuk doktrin untuk merenggut kesadaran manusia. Sehingga manusia menjadi
teralienasi dari kemanusiaanya.
(Foto : Karl Marx) |
Contohnya,
manusia di ajarkan keselamatan di akhirat, kebahagiaan di dunia lain yang tak
tergapai dan tak terbayangkan. Jadi
penderitaan di dunia materi ini akan mendapatkan kebahagiaan yang setimpal di
akhirat kelak. Tetapi dengan catatan bahwa manusia tersebut harus menanggung
dan menerima penderitaan dengan sabar dan tabah.
Konsep
seperti menurut Marx adalah seperti candu yang membuat masyarakat terbuai.
Sehingga tidak lagi peka terhadap realitas sosialnya yang begitu mengekang dan
mengeksploitasnya.
Walaupun
teori Marx tentang agama ini sudah usang tetapi pada beberapa bagian masih
memiliki relevansi dengan beberapa konsep keberagamaan yang di anut oleh
sebagian masyarakat serta dalam hubunganya dengan realitas social . Ada
sebagian atau sekelompok masyarakat hanya menjadikan agama sebagai candu.
Dengan dalih demi kepentingan akhirat yang lebih afdal masyarakat tersebut lupa
akan berbagai bentuk ketidakadilan yang melingkupinya. Melihat kemiskinan
semata-mata hanya dari kacamata agama yang berarti itu adalah ujian. Melupakan
sisi lain yakni kemiskinan tersebut akibat ketimpangan system. Kemunafikan
penguasa. Korupnya para pemimpin. Bahkan beberapa agama melihat pemimpin bagaikan perpanjangan tangan
tuhan dalam mengelola umat. Apalagi para agamawan pandir sudah berdiri di
samping penguasa dengan berbagai hujjah yang menguatkan sekaligus memuakan.
Tak
jarang memang agama itu seperti candu. Dimana candu ada dalam rokok. Maka agama
bisa jadi adalah rokok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar