Please Bantu Saya, Like This !!!

×

Powered By Blogger Widget and Get This Widget

Kamis, 05 Februari 2015

Pemuda dalam pandangan Imam Khomeini


Imam Khomeini, arsitek sekaligus penarik gerbong revolusi Islam iran. Di kala eropa tengah bertahta pemikiran Karl Marx bahwa agama adalah candu. Maka Imam Khomeini meruntuhkan teori murahan itu dengan menggerakan revolusinya dengan semangat Islam. Dan ini adalah satu-satunya revolusi yang berlandaskan agama di zaman modern.

Imam Khomeini pernah membuat risau para liberalis materialistic, para sekularis ateistik, dengan fatwa dan sayembaranya mengenai hukuman mati untuk Salman Rusdi, penulis novel ayat-ayat setan, novel yang menghina Rasulullah SAW.

Bagaimana pemuda dalam pandangan Imam Khomeini ?. imam Khomeini mengatakan bahwa usia muda adalah nikmat. “kalian sekarang, dengan nikmat yang ada, pada kalian ada nikmat kepemudaan, maka ketahuilah kadarnya, dan jangan sia-sia kan nikmat ini.

Nasehat imam Khomeini begitu terasa relevan pada saat ini. Ketika pemuda hanya menjadi benalu peradaban, pola pikirnya terdistorsi oleh nilai materialisme yang di usung oleh peradaban kapitalisme dan ikut terpola oleh desain para cukong kapitalis agar pemuda hanya menjadi konsumen pemikiran kotor yang lemah. Tak ayal, pemuda telah menjadi pasar bagi para kapitalis.

Di kesempatan lain imam Khomeini mengatakan “mereka (pemuda) adalah modal dan logistic ilahiyah yang besar, bunga yang semerbak wangi dan potensi dunia islam”. Ban beliau mengingatkan “persiapkanlah diri kalian untuk perjuangan besar secara ilmiah dan amaliah sehingga dapat mencapai tujuan revolusi islam yang tinggi”.

Pemuda bukan saja potensi untuk mencapai peradaban duniawi tetapi juga ukhrawi. Disisi lain, menuntut ilmu di segala bidang dan berkontribusi serta terlibat dalam membangun bangsa dan Negara dengan semangat idealisme yang tinggi adalah sikap pemuda yang semestinya.

Imam Khomeini mengajak pemuda meningkatkan kapasitas intelektual untuk menjadi benteng peradaban islam yang hakiki yang berani melawan penjajah asing yang bertolak belakang dengan nilai luhur Islam dan kemanusian dengan memanfaatkan segala potensi dan berbagai fasilitas atau sarana baik tulisan, syair, buku atau apapun yang dapat meningkatkan intelektual masyarakat dan tak boleh lalai dalam kewajiban ini.

Ketika pemuda masa kini cenderung mengabaikan agama, menganggap agama hanya barang usang warisan kaum tua, ketika umat islam terpecah belah dan menjadi alas kaki peradaban barat yang angkuh,  sang imam mengatakan , “ketika masa muda masa muda berjalan, janganlah berpikir bahwa kalian  akan meninggalkan ibadah dan kemudian mendapatkanya di akhir umur, di akhir umur orang tidak dapat beribadah, tidak juga memiliki kemampuan berpikir yang kuat untuk menangkap suatu hal.

Ketika dunia saat ini tampak beragam parade ketidakadilan yang merupakan buah dari kepeminpinan pandir, yang mempertontonkan drama penindasan yang seolah rasional. Dimana akhirnya selalu saja dapat di tebak yaitu kesenjangan atau jurang si kaya dan simiskin semakin menganga, sang Imam mengatakan dengan tegas “wahai pemuda yang kumuliakan, bawalah Al Quran di satu tangan dan senjata di tangan yang lain, pertahankan kemuliaan dan harga diri kalian sehingga mereka tidak akan berpikir lagi untuk dapat menguasai kalian. Bersikap kasih sayanglah terhadap saudaramu, jangan sia-sia kan pengorbanan mereka padamu. Pahami apa yang ada di dunia sekarang ini yaitu dunia mustadh’afin (ketertindasan), dengan cepat dan segera mereka akan menang, mereka adalah pewaris dunia dan memerintah dengan perintah Allah”.

Islam, ilmu dan Amal merupakan trilogy perjuangan beliau. Walaupun beliau ulama tetapi Imam Khomeini tidak pernah membatasi perjuanganya hanya dengan berdiri di atas mimbar tetapi hadir di tengah masyarakat dan menggerakan masyarakat menjemput perubahan. Ini bisa menjadi autokritik bagi banyak penganjur agama saat ini yang hanya membatasi diri pada ruang perbaikan iman saja dan luput dari masalah social kongkrit yang di hadapi masyarakat sehingga menyebabkan agama seolah menjadi pelarian untuk menenangkan diri dari carut marut masalah social disisi lain membuat agama kurang bergairah untuk di nikmati.

*disarikan dari majalah MITSAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar