Please Bantu Saya, Like This !!!

×

Powered By Blogger Widget and Get This Widget

Rabu, 06 Agustus 2014

Malu pada Semut




Semut, kecil, gesit, dan selalu bergerombol. Sebutir gula yang manis, diangkatnya beramai-ramail, dibawanya kedalam rumahnya bersama-sama (sarang). Tak lupa dalam barisanya yang berkelok-kelok itu mereka satu sama lain saling menyapa, seakan saling bercumbu tatkala wajahnya saling memandang memancarkan aura damai, siapapun yang melihatnya, bahkan oleh manusia. satu sma lain saling, tiada benci, selalu rukun damai. Tak ada istilah konflik dalam kamus mereka. Bekerja sama, bahu membahu, tertib dan kadang usil, kepada yang mengganggunya.

Para semut tak mengenal akal untuk berpikir, terlebih hati untuk meyakini sebuah agama. Tetapi dalam serba tak keberpunyaan itu, mereka damai, indah, rapi dan saling bercumbu. Kadang dalam kesibukan mencari makanan, mereka sempat, sejenak diam saling menatap, seolah sedang mendiskusikan sebuah hal, lalu kembali lagi dalam barisan, mencari makanan bersama-sama, damai dan indah.

Entah apa jadinya jikalau mereka memiliki akal, perasaan dan hati. Memiliki ilmu dan agama, mungkin kebersamaan mereka akan mampu membangun peradabanya sendiri dengan damai dan indah.  

Tetapi semut tetap saja semut, mereka tak pernah berpikir untuk saling membantai, menghisap, menindas, menipu, menghujat  seperti khalifanya, Manusia. Jikalau semut memiliki kemampuan sedikit untuk berpikir keluar dari nalurinya yang sempit, maka mereka mungkin akan menggugat, protes. Seandainya semut bisa bicara selayaknya manusia, mungkin semut akan meneriakan kata goblok dari bibirnya yang mungil kepada para khalifanya umat Manusia yang kini kerjanya saling menindas, menghisap, membantai, menipu dan menghujat.

Jika saja semut dapat bersuara, mungkin mereka akan sesumbar, mengajak manusia, berlajar pada mereka cara hidup damai dan saling menyapa. Jika saja semut dapat berteriak mungkin akan berkata, percuma kalian manusia beragama, berakal, tetapi hidup saling menindas dan menghujat. 

Jika mereka dapat membaca, membaca kehidupan, membaca kitab kehidupan, Al Quranul karim , mungkin mereka akan mengutipkan ayat ini pada seluruh manusia;

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Artinya : Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS. Al Araf : 179)


Belajarlah pada semut dan malu pada semut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar