Semut,
kecil, gesit, dan selalu bergerombol. Sebutir gula yang manis, diangkatnya
beramai-ramail, dibawanya kedalam rumahnya bersama-sama (sarang). Tak lupa
dalam barisanya yang berkelok-kelok itu mereka satu sama lain saling menyapa,
seakan saling bercumbu tatkala wajahnya saling memandang memancarkan aura
damai, siapapun yang melihatnya, bahkan oleh manusia. satu sma lain saling,
tiada benci, selalu rukun damai. Tak ada istilah konflik dalam kamus mereka.
Bekerja sama, bahu membahu, tertib dan kadang usil, kepada yang mengganggunya.
Para semut
tak mengenal akal untuk berpikir, terlebih hati untuk meyakini sebuah agama.
Tetapi dalam serba tak keberpunyaan itu, mereka damai, indah, rapi dan saling
bercumbu. Kadang dalam kesibukan mencari makanan, mereka sempat, sejenak diam
saling menatap, seolah sedang mendiskusikan sebuah hal, lalu kembali lagi dalam
barisan, mencari makanan bersama-sama, damai dan indah.
Entah apa
jadinya jikalau mereka memiliki akal, perasaan dan hati. Memiliki ilmu dan
agama, mungkin kebersamaan mereka akan mampu membangun peradabanya sendiri
dengan damai dan indah.
Tetapi semut
tetap saja semut, mereka tak pernah berpikir untuk saling membantai, menghisap,
menindas, menipu, menghujat seperti
khalifanya, Manusia. Jikalau semut memiliki kemampuan sedikit untuk berpikir
keluar dari nalurinya yang sempit, maka mereka mungkin akan menggugat, protes.
Seandainya semut bisa bicara selayaknya manusia, mungkin semut akan meneriakan
kata goblok dari bibirnya yang mungil kepada para khalifanya umat Manusia yang
kini kerjanya saling menindas, menghisap, membantai, menipu dan menghujat.
Jika saja
semut dapat bersuara, mungkin mereka akan sesumbar, mengajak manusia, berlajar
pada mereka cara hidup damai dan saling menyapa. Jika saja semut dapat
berteriak mungkin akan berkata, percuma kalian manusia beragama, berakal,
tetapi hidup saling menindas dan menghujat.
Jika mereka
dapat membaca, membaca kehidupan, membaca kitab kehidupan, Al Quranul karim , mungkin
mereka akan mengutipkan ayat ini pada seluruh manusia;
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Artinya : Dan sesungguhnya Kami jadikan
untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS. Al Araf :
179)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar